Buat Kamu Yang Berpikir Rumput Tetanggan Lebih Hijau, Baca ini dulu !!

Sebut saja K, senang sekali update status mengenai keluarga sempurnanya. Mulai dari suaminya yang amat penyayang, nilai rapor anak-anaknya yang seperti iklan hasil produk pencerdas otak, sampai liburan heboh mereka yang jadwalnya hampir menandingi frekuensi agen perjalanan. Teman yang lain, S, juga senang update yang bernada merendah diri, padahal ia sedang pamer sesuatu. “Gimana ya, tas-tas branded-ku sudah kebanyakan. Ada yang punya saran supaya lebih bermanfaat untuk sesama?” Kalimat filantropi ini tenggelam dengan begitu banyaknya unggahan foto ia dengan koleksi Birkin, Chanel, dan Prada-nya.
Kalau dahulu para ibu diresahkan oleh kebiasaan tetangga yang doyan beli barang-barang mewah. Sekarang, rumput hijau yang bikin iri itu tak lagi terletak pada radius lima ratus meter dari rumah.  Lewat Facebook, Path, Instagram, Twitter, bahkan profile picture BBM pun kita bisa melihat apa yang terjadi dengan teman-teman kita tanpa batasan jarak, lebih mudah daripada melongokkan kepala sedikit ke luar jendela. Secara tidak sadar, semua stimulus yang memberondong masuk ini sering membuat kita mulai membanding-bandingkan diri dengan orang lain.
    Membanding-bandingkan sebenarnya baik juga, jika kita ingin mencari inspirasi dan motivasi, meraih tujuan tertentu, atau memperbaiki kekurangan. Namun, yang banyak terjadi, alih-alih memacu diri jadi lebih baik, kebiasaan membanding-bandingkan ini justru membuat kita merasa inferior, distress, tidak aman dan kehilangan rasa percaya diri. Melihat rekan yang memiliki gaji lebih tinggi, memicu perasaan tidak kompeten; menyaksikan anak tetangga yang mendapatkan nilai lebih tinggi, membuat kita merasa sebagai ibu yang tidak layak. Pun saat memperhatikan perempuan yang lebih langsing dan mulus, tiba-tiba kita merasa sangat tidak menarik.
    Semakin banyak perbandingan yang kita lakukan, semakin tidak untung kita dibuatnya. Karena seberapa sempurna, kaya ataupun beruntungnya seseorang, akan selalu ada orang yang lebih sempurna, lebih kaya lagi atau lebih beruntung lagi.
    Sebabnya, Tidak Bahagia
    Berdasarkan hasil penelitan Sonja Lyubomirsky, seorang psikolog di Amerika Serikat, orang-orang yang tidak bahagia lebih sering membanding-bandingkan diri dengan orang lain yang lebih hebat, yang membuat mereka makin tidak bahagia. Sementara, orang yang bahagia cenderung melihat orang yang lebih inferior atau kurang baik keadaannya dibanding mereka, sehingga mereka lebih bersyukur dan merasa lebih baik.
    Selain itu, orang yang merasa tidak bahagia cenderung sensitif terhadap mereka yang lebih baik dari orang-orang terdekatnya, sementara orang yang merasa bahagia lebih menggunakan standar internal mereka sendiri dalam menilai. Jadi ketika seorang happy mother (ibu yang bahagia) merasa pandai memasak, ia memang yakin rasa masakannya memenuhi standar yang ia sebut “enak” untuk dirinya sendiri. Ia tidak peduli apakah Ibu Tini, tetangganya, bisa membuat yang lebih baik.
    Lalu apa yang harus kita lakukan jika kita mulai membanding-bandingkan dan merasa tidak nyaman dengan diri kita sendiri dan apa yang kita punya?
    1. Katakan STOP! Gunakan otak Anda untuk memproses kegiatan berpikir yang lain. Bisa dengan mengingat daftar belanja, merencanakan mau masak apa hari ini, atau apa pun yang lebih bermanfaat.
    2. Putus kegiatan berpikir membanding-bandingkan di kepala Anda. Caranya, lakukan kegiatan yang membuat Anda senang, damai, bangga atau ingin tahu lebih lanjut. Bisa dengan membaca buku, mendengarkan musik, bertemu teman, atau melakukan aktivitas yang meningkatkan denyut jantung, seperti jalan cepat. Jika proses berpikir yang negatif tadi tak segera dihentikan, Anda akan terus-menerus memikirkannya, lalu melebih-lebihkan, dan semakin merasa tidak nyaman dan tidak puas dengan diri sendiri. Dengan melakukan aktivitas fisik, pikiran Anda akan teralihkan, mood pun jadi lebih baik sehingga Anda lebih berenergi. Ketika tahap ini sudah tercapai, Anda akan memiliki cara berpikir yang berbeda dengan sebelumnya. Mungkin orang yang dirasa lebih itu jadi tidak begitu penting lagi untuk dilebih-lebihkan keunggulannya. Anda jadi lebih bisa melihat sisi positif yang Anda miliki. Malah Anda mungkin bisa berpikir, ”Oke dia memang punya itu, lalu kenapa? Saya juga bisa senang dengan apa yang saya punya. “
    Anda bahkan mulai bisa berpikir dengan perspektif yang lebih luas lagi. Ada apa sebenarnya dengan orang yang senang pamer ini? Bisa saja ia memang amat bahagia sehingga ingin berbagi dengan dunia. Mungkin memang itulah cara ia untuk bersyukur. Atau mungkinkah ini hanya perwujudan kompensasi atas kekurangan dia yang lain? Jadi seharusnya, kita jangan iri, malah prihatin!
    Lantas mengapa harus membandingkan diri dengan orang lain? Tidak ada orang lain di dunia ini yang sanggup melakukan dengan lebih baik untuk menjadi Anda, selain tentunya diri Anda sendiri.
    http://www.ukhtiindonesia.com/rumput-tetanggan-lebih-hijau/

    Subscribe to receive free email updates:

    0 Response to "Buat Kamu Yang Berpikir Rumput Tetanggan Lebih Hijau, Baca ini dulu !!"

    Posting Komentar