Saat Berusia 30, Dirimu Belum Jadi Apa-apa, Mengapa?



kanalterkiniSetiap orang pasti memiliki impian, cita-cita ataupun keinginan yang berusaha untuk didapatkan serta dicapai di masa depan kelak. Namun, sadarkah diri kita? Semakin banyak apa yang diinginkan, maka semakin banyak pula seharusnya yang kita perjuangkan. Tapi, sangat disayangkan semakin banyak apa yang kita inginkan juga membuat beberapa hal diantaranya malah tak tercapai.

Sebagai seorang penulis, mungkin akan ada keinginan untuk bisa menulis setiap hari. Setiap ada ide yang muncul segera saja ditulis dengan pena di atas selembar kertas atau buku. Atau bisa juga dalam catatan di handphone. Namun sayang sekali, terkadang draft tulisan itu hanya tersimpan rapi tanpa ada tindakan untuk menyelesakannya. Tak usah jauh-jauh, terkadang saya juga mengalaminya.

Bagi orang yang menggeluti profesi lain, mungkin hal semacam ini juga sering dialami olehnya. Ini lumrah, karena terkadang semangat itu naik dan turun bagai air laut yang selalu pasang dan surut. Namun, takkah kita merasa rugi ketika sesuatu yang telah sangat sulit kita mulai, akhirnya hanya terbengkalai sia-sia?

takkah kita merasa menyesal dahulu telah mencoba mengangkat semangat untuk memulai langkah menyusuri jalanan terjal menuju cita-cita yang pernah kita ikrarkan?

Mungkin, di antara kita pernah ada orang-orang yang mencoba menekuni satu bidang, lalu merasa tak cocok dengan bidang tersebut dan akhirnya memilih untuk beralih pada bidang lain. Namun, di sana ia juga merasa tak sesuai dan kemudian berpindah-pindah terus tanpa menyelesaikan apa yang telah dimulainya. takkah kita merasa rugi ketika mengalami hal ini?

Ada yang mengatakan, seringkali kegagalan bukanlah ketika kita tak mendapatkan apa yang kita inginkan. Namun kegagalan sejati adalah ketika kita tak berani untuk menyelesaikan apa yang telah kita rintis sedari dulu.

Orang-orang yang berhasil tak selalu berasal dari orang yang memang hebat. Namun, banyak dari mereka adalah orang-orang yang selalu menyelesaikan apa yang telah di mulainya hingga benar-benar selesai.

Ada sebuah kisah menarik tentang hal ini yang saya dapatkan ketika mendengar sebuah acara di radio.

“Tentang impianmu, Anakku …

Saat berusia tujuh tahun dirimu ingin menjadi musisi, kaupun mengikuti les musik. Namun, dirimu berhenti di tengah jalan.

Saat berusia sembilan tahun dirimu ingin menjadi seorang pelukis, maka dirimu pun berlatih melukis. Namun, dirimu berhenti di tengah jalan.

Saat berusia sebelas tahun dirimu ingin menjadi seorang pemain sepak bola. Maka, dirimu bergabung dengan tim sepak bola. Namun, dirimu berhenti di tengah jalan.

Saat berusia tiga belas tahun dirimu ingin menjadi seorang penyanyi, maka dirimu berlatih vokal. Namun, dirimu berhenti di tengah jalan.

Saat berusia enam belas tahun, dirimu ingin menjadi seorang arsitek. Maka dirimu mulai memperdalam matematika. Namun, dirimu berhenti di tengah jalan.

Saat berusia dua puluh tahun dirimu ingin menjadi seorang pengusaha. Maka, dirimu memulai langkah untuk berbisnis. Namun, dirimu berhenti di tengah jalan.

Saat berusia dua puluh tiga tahun dirimu ingin menjadi seorang penulis. Maka, dirimu mulai menulis. Namun, dirimu berhenti di tengah jalan.

Saat berusia tiga puluh tahun dirimu belum menjadi apa-apa. Mengapa?”

(Inspirasi keluarga, MQ FM)

Jangan sampai diri ini tak menjadi apa-apa karena tak mau menyelesaikan apa yang telah kita mulai dahulunya.

Maka, segeralah selesaikan apa yang telah kita mulai. Jangan siakan perjuangan yang pernah dicurahkan untuk memulainya saat itu. [Ahmad Yusuf Abdurrohman]



sumber : islampos.com

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Saat Berusia 30, Dirimu Belum Jadi Apa-apa, Mengapa?"

Posting Komentar